Atraksi ini diambil pada saat pelaksanaan Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional tahun 2010 di Kota Ambon.
Narasumber : DARSONO, Sanggar Tarara Bangkalan - Madura
Olahraga
tradisional Kerap Pesapean terilhami dari permainan olahraga tradisonal Karapan
Sapi. Permainan Karapan Sapi merupakan aktivitas rutin yang telah dilakukan
masyarakat Madura sejak Pangeran Katandur pada abad XVI. Aktivitas permainan
Karapan Sapi merupakan bentuk permainan suka ria para petani yang telah berhasil
menuai padi yang diwujudkan dalam bentuk perlombaan adu cepat para petani
dengan menunggang sapi. Bentuk perlombaan Karapan sapi ini hampir menyerupai
perlombaan balap kuda. Yang dimaksud menyerupai disini adalah bentuk adu
kecepatan dengan menggunakan binatang. Namun yang menjadikan perbedaannya,
selain binatang yang digunakan juga
model tunggangannya berbeda. Untuk balap kuda, orangnya berada di atas
kuda. Sedangkan lomba Karapan Sapi, peralatan yang dipergunakan adalah alat
pembajak sawah lengkap dengan sapinya.
Biasanya
pelaksanaan perlombaan Karapan Sapi ini untuk menyambut Panen Raya yang sampai
sekarang menjadi tradisi tahunan masyarakat Madura. Sebagai upaya mewujudkan
dan menggambarkan aktivitas perlombaan Karapan
Sapi ini, dapat ditampilkan secara baik pada Festival Olahraga
Tradisional Tingkat Nasional ke VII tahun 2010 di Ambon ini, maka Kontingen
Provinsi Jawa Timur mengemas permainan Karapan Sapi ini ke dalam Aktivitas
permainan olahraga tradisional dengan
nama “Kerap Pesapean”. Olahraga tradisional ini adalah permainan yang setiap
harinya selalu dimainkan oleh masyarakat Madura. Permainan Kerap Pesapean ini
menggambarkan pelaksanaan Karapan Sapi yang mempunyai keunikan sangat tinggi,
baik aktivitas gerak, perangkat pakaian, maupun alur dari makna yang dipaparkan
lewat aktivitas gerak yang mempunyai nilai keolahragaan secara total dari awal
permainan sampai berkahir.
Penampilan
olahraga tradisional “Kerap Pesapean” Kontingen Jawa Timur diawali dari
tetabuhan iringan gamelan peralatan musik asli Kabupaten Bangkalan, yang
terdiri dari gendang, saron, dan jedor. Peralatan sarone dan jedor merupakan
peralatan ciri khas Madura. Seiring dengan bunyi gamelan tersebut, penari putri
muncul berlarian dari dua arah yang berbeda dengan berpakai unik berciri khas
Madura, yaitu pakaian Jebing (pakaian remaja putri).
Permainan
dan bentuk tarian oleh pemain olahraga tradisional putri, melambangkan
keceriaan masyarakat sekitar yang telah berhasil melakukan panen raya.
Kegembiraan para petani digambarkan dalam bentuk gerak keceriaan yang harmonis
diiringi gamelan bercirikan khas Madura. Selain itu juga sebagai pertanda akan
adanya aktivitas keramaian ditempat tersebut, merupakan bentuk undangan kepada
masyarakat untuk turut bergembira akan keberhasilan panen raya di tempat
tersebut.
Setelah
beberapa menit pemain olahraga tradisional putri tampil, muncul dari arah yang
berbeda pemain olahraga tradisional putra dengan menggunakan pakaian unik
Kacong (pakaian remaja putra). Juga dengan iringan gamelan yang begitu harmonis
dengan gerakan yang ditampilkan oleh pemain olahraga putra.
Dengan
ciri khas pecut di tangan kanan mereka sebagai wujud kesiapan mereka untuk
berlaga dan bersaing dengan lawan tanding mereka di arena Karapan Sapi.
Kesiapan mereka untuk berlaga ditunjukan dengan semangat yang berapi-api, yaitu
dengan melakukan gerakan dengan letupan yang bertubi-tubi yang dihasilkan dari
lecutan pecut.
Masing-masing
lawan menunjukan kedigdayaan mereka dengan cara melecutkan pecutnya hingga
menimbulkan suara lecutan yang sangat keras. Semakin keras bunyi yang
dihasilkan dari lecutan, menandakan kesiapan dan keberanian serta kedigdayaan
lebih dari lawan yang lainnya.
Selain
itu, mengingat perlombaan Karapan Sapi ini membutuhkan kesiapan fisik dan
mental secara baik. Para peserta Karapan Sapi juga mempersiapkan diri sebaik
mungkin dengan melakukan beberapa gerakan fisik yang sebelumnya juga dilakukan
perenggengan dan pemanasan, dengan cara berlari dan melakukan gerakan
peregangan aktif. Mereka berharap sebelum berlomba, kondisi badan betul-betul
sudah siap.
Gerak
pemanasan sebelum mereka melakukan aktivitas perlombaan Karapan Sapi mereka
gambarkan dalam olahraga tradisional ini dengan menampilkan beberapa atraksi
gerak-gerakan olahraga, mulai dari yang paling atas yaitu kepala sampai dengan
kaki. Bahkan, dalam tampilan olahraga tradisional :kerap Pesapean” ini juga
diperlambangkan dengan gerak yang sesungguhnya, yaitu dengan melakukan
aktivitas gerak badan secara lengkap. Dengann posisi sikap lilin (badan bertumpu
dengan bahu, sedangkan posisi kedua kaki di atas), kemudian kedua kaki
digerakan secara bergantian satu persatu (seolah mengayuh sepeda), sampai
dengan kedua kaki dibuka secara lebar kesamping
(stradle), dan beberapa gerakan lain sebagai unsur penguat otot sebelum meraka
melakukan aktivitas yang lebih berat. Termasuk penguatan otot kaki dengan
melakukan gerakan lompat dengan dua kaki dan satu kaki sambil melakukan gerakan
tangan secara harmonis seiring dengan alunan musik tetabuhan gamelan.
Setelah
pemain olahraga tradisional “Kerap Pesapean” memberikan gambaran aktivitas
pemanasan dan peregangan dengan berbagai cara olah gerak. Mereka juga
memberikan gambaran permohonan keselamatan kepada Allah SWT, dengan cara
berdo’a bersama yang ditampilkan secara ritual. Penyampaiajn do’a secara ritual
ini mereka lakukan dengan membentuk lingkaran dan gerakan-gerakan khas
masyarakat sekitar.
Upacara
ritual yang mereka gambarkan dalam permainan olahraga tradisional Kerap
Pesapean, merupakan bentuk ritual yang memiliki ciri khas. Permohonan
keselamatan dan harapan agar pelaksanaan panen tahun-tahun berikut selalu
berhasil, mereka lakukan dengan suara
keras sebagai perwujudan kesungguhan mereka dalam berdo’a.
Ritual
lain setalah ritual permohonan keselamatan melalui do’a dengan bercirikan khas
masyarakat sekitar, adalah ritual tabur bunga kepada peserta-peserta yang akan
berlomba dalam perlombaan Karapan Sapi. Tabur bunga dilakukan oleh gadis-gadis
desa, sebagai perlambang pemberian permohonan keberuntungan kepada peserta yang
meraka dukung. Prosesing tabur bunga ini diwujudkan dengan gerakan lemah
gemulai dari pemain olahraga tradisional putri secara baik.
Prosesing
tabur bunga inipun mereka gambarkan sebelumnya dengan cara ritual permohonan
kepada Allah SWT untuk memberikan keberuntungan kepada peserta yang mereka
dukung untuk diberikan keberhasilan dan kemenangan dalam perlombaan Karapan
Sapi yang akan berngsung sesaat lagi.
Setelah
melakukan ritual berdo’a memanjatkan keberhasilan dan kemenangan kepada peserta
yang mereka dukung, kemudian mereka berpisah mendekati peserta Karapan Sapi
yang mereka dukung dengan menaburkan bunga kepada mereka. Selain, memberikan
semangat kepada mereka untuk menang, juga dimaksudkan hati mereka teguh dan
semangat dalam berlomba.
Setelah
ritual tabur bunga sebagai perlambang permohonan pemberian berkah kepada
peserta yang mereka dukung, selanjutnya gambaran yang mereka tampilkan dalam
olahraga tradisonial kerap Pesapean tersebut adalah menghantar para peserta
lomba Karapan Sapi tersebut ke arena yang sebenarnya. Dengan iringan
gadis-gadis cantik sebagai upaya penyemangat dan pendukung mereka, sampai
dengan tempat arena perlombaan yang sebenarnya.
Setelah
sampai di tempat area perlombaan Karapan Sapi, antar peserta saling sesumbar.
Tidak hanya itu, bahkan diantara mereka saling memperlihatkan kekuatan
(kedigdayaan) yang mereka miliki. Penggambaran yang dituangkan dalam penampilan
olahraga tradisional “Kerap Pesapean” ini adalah diwujudkan dengan adu kepala
dengan saling mendorong. Peserta yang memiliki kekuatan dan kedigdayaan lebih
tinggi adalah peserta yang dapat menjatuhkan lawannya hingga menyerah. Tidak
hanya itu, kekalahan dalam beradu kepala cenderang berlanjut keajang
perkelahian antar peserta. Sedangkan pembuktian terkahir sebagai peserta terkuat
adalah dengan melakukan Karapan Sapi. Bagi peserta yang tercepatlah yang
dinyatakan sebagai pemenang.
Para
pemain olahraga tradisional “Kerap Pesapean” juga memberikan gambaran lain yang
sering terjadi setelah ada perkelahian, mereka tidak cukup puas. Mereka sering
menambah permainan adu kekuatan lain yang sangat mereka gemari, yaitu peserta
saling duduk diatas pundak temannya dan keduanya saling mengadu kekuatan. Adu
kekuatan yang mereka gambarkan adalah dengan saling mendorong, menarik hingga
salah satu diantara mereka ada yang terjatuh.
Tidak
hanya itu, penggambaran lainnya sebagai pembuktian siapa yang terkuat adalah
dengan mengadu kecepatan diantara mereka dengan menggunakan kaki satu dan
didukung oleh dua orang sebagai penompang kaki yang satunya.
Balapan
kaki satu ini dengan cara dua orang saling bergandengan tangan, kemudian orang ketiga menyampirkan salah satu kakinya
di atas kedua tangan temannya yang saling bergandengan. Pemenang adalah peserta
dengan waktu tercepat mencapai garis finish yang telah ditentukan. Komando
start dipandu pemain olahraga tradisional putri dengan tanda kibaran bendera.
Begitu bendera diangkat keatas, maka mereka diperkenankan berlari
sekencang-kencangnya. Sedangkan pemain tengah dengan kaki satu mengikuti
lajunya percepatan berlari kedua temannya.
Setelah
seluruh peserta mengukur tingkat kekuatan dan kedigdayaan mereka satu dengan
yang lain, baru mereka saling mengadu kecepatan dan berlomba mengendalikan
Karapan Sapi. Adapun bentuk penggambaran yang dilakukan oleh peserta olahraga
tradisional Jawa Timur dalam melakukan balapan Karapan Sapi yaitu dengan cara
dua orang sebagai pengganti sapi sambil merangkak, kemudian sebagai
penunggang/pengendalinya adalah orang ketiga berada di atas kedua punggung
temannya yang saling bersebelahan.
Aktivitas
yang dilakukan oleh peserta olahraga tradisional Kerap Pesapean Jawa Timur ini
adalah merupakan gambaran perpektif kondisi ketika balapan Karapan Sapi yang
sebenarnya. Mengingat kondisi lapangan yang tidak sangat mendukung dengan
aktivitas yang seharus dilakukan dengan cara merangkak ini. Menjadikan terlihat
lamban, karena kondisi lapangan tergenang lumpur dan sangat menghambat lajunya
bentuk perlombaan ini. Selain itu, pengendali Karapan Sapi yang berada di atas
punggung tidak dapat berdiri secara tegar. Hal ini disebabkan, punggung yang
menjadi pijakan penunggang juga begitu licin. Sehingga atraksi ini terlihat
lamban dan kurang menunjukan kondisi Karapan Sapi yang sebenarnya. Namun
demikian, karena tekad yang sangat kuat kontingen Jawa Timur untuk
memenangkan festival olahraga tradisional tingkat nasional tahun
ini, terlihat kegigihan untuk tetap memperjuangkan untuk tetap stabil dan
berperan secara baik.
Kegembiraan
bagi yang memenangkan perlombaan Karapan Sapi ini, digambarkan kesukariaan
mereka dengan cara memanggul peserta Karapan Sapi yang memenangkan perlombaan
tersebut. Diikuti oleh seluruh pengikut dan pendukungnya. Bagitu pula dengan
masyarakat yang menjagokan sipemenang ikut bersorak dan sangat gembira.
Kondisi
sebenarnya yang terjadi pada perlombaan Karapan Sapi, tergambar seluruhnya oleh
penampilan pemain olahraga tradisional Jawa Timur. Penampilan olahraga
tradisional Kerap Pesapean berkhir pada adegan “mbopong” peserta yang
dinyatakan sebagai pemenang pada perlombaan Karapan Sapi.
Tidak
cukup hanya di lokasi festival saja mereka tunjukan momen akhir pertunjukan
kerap pesapean. Usungan peserta pemenang Karapan Sapi ini diantar hingga
mendekati panggung kehormatan para undangan VIP dan mendaki dimana dewan juri
bertugas. Tepuk tangan dan pemberian aplos kepada penampilan olahraga
tradisional kerap pesapean Jawa Timur sangat luar biasa. Tidak hanya penonton
yang berada dipanggung saja yang memberikan aplos, seluruh peserta yang juga
turut menykasikan penampilan atraksi Jawa Timur, juga memberikan aplos yang
sangat meriah.
Walaupun
pakaian mereka penuh dengan lumpur, semangat mereka tetap ditunjukan kepada
seluruh undangan dan penonton. Mereka dengan baik telah menyelesaikan permainan
tanpa mendapatkan halangan yang berarti.
Kerap
Pesapean yang telah selesai ditampilkan secara baik oleh mereka, adalah
menggambarkan Kerapan Sapi yang mempunyai keunikan yang tinggi, baik aktivitas
gerak, perangkat pakaian, maupun alur dari makna yang dipaparkan lewat
aktivitas yang memiliki makna kandungan olahraga yang begitu besar, dan sangat
memenuhi kriteria penilaian sebagai olahraga tradisional. Pemenuhan kriteria
ini tergambar dalam penampilan sebagai berikut :
1. Mengandung
Unsur Pendidikan
Memiliki
aktivitas fisik yang tinggi berupa olahraga, di dalam permainan olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” bila ini dilihat dari awal permainan mengandung
kaya akan unsur gerak olahraga. Tergambar di dalam permainan ada unsur
pemanasan dan peregangan sebelum masuk ke dalam permainan yang sebenarnya.
Bahkan di dalamnya memenuhi 10 jenis biomotorik, yaitu :
· Coordination,
biomotorik ini tergambar ketika mereka menampilkan gerakan pemanasan, dan
aktivitas lain yang penuh dengan gerakan yang satu ke gerakan yang lain dan itu
sangat membutuhkan koordinasi otot secara baik.
· Flexibility,
permainan olhraga tradisional kerap pesapean ini penuh dengan gerak yang
membutuhkan kelenturan tubuh, diantaranya yang tergambar dalam penampilan
permainan tersebut adalah ketika mereka melakukan aktivitas pemanasan,
peregangan, dan utamanya gerak yang digambarkan mereka ketika melakukan
perlombaan Kerapan Sapi.
· Endurance
(daya tahan), permainan olahraga tradisional kerap pesapean ini penuh dengan
gerak yang satu dengan gerak lainnya saling berkelenjutan, namun diantara
mereka tidak terlihat kelelahan, namun
selalu muncul ekspresi kebugaran.
· Balance
(keseimbangan), gerak keseimbangan ini tergambar ketika mereka melakukan
permainan bertumpu pada satu kaki dan berjalan, bahkan berlari.
· Strenght
(kekuatan), kekuatan tergambar ketika mereka melakukan gerakan push up dan
ketika meminggul temannya pada pundak
sambil melakukan aktivitas saling
mendorong.
· Speed
(kecepatan), kecepatan tergambar ketika mereka melakukan gerakan memangku kaki
teman seregunya sambil berlari kencang.
· Eqlity
(kelincahan), biomotorik ini tergambar ketika mereka menampilkan gerak
menghindar, berkelit dan membalik secara cepat ketika mereka menggambarkan
gerak perlombaan kerapan sapi secara baik.
· Power
(daya ledak), biomotorik ini tergambar ketika mereka menampilankan gerak
melompat dan melakukan aktivitas hentakan dan menghasilkan lompatan yang cukup
tinggi.
2. Mengandung
Substansi Olahraga Tradisonal
1) Digali
dari budaya daerah
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini benar-benar mempunyai kemurnian yang muncul
dari daerah Kabupaten Bangkalan Madura, Jawa Timur. Olahraga ini selalu semarak
di dalam pagelarannya, selain unsur olahraganya sangat kental, olahraga ini
juga diiringi gamelan, yang terdiri dari Gendang, Saron, dan Jedor.
2) Memenuhi
kreteria : manarik, meriah, manfaat, unik dan khas.
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini memiliki unsur daya tarik karena selain
pakaian yang dipergunakan memiliki ciri khas kacong dan cebing, juga memiliki
konfigurasi yang memiliki kandungan makna biomotorik dan menggunakan peralatan
pecut sebagai ciri khas daerah.
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini terlihat meriah karena merujuk kepada
penggambaran keceriaan yang dilakukan oleh pemain wanita dan didukung dengan
gerakan-gerakan pemain pria yang juga menampilkan gerak keceriaan sebelum
melakukan unsur perlombaan kerapan sapi.
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini memiliki manfaat meningkatkan kesehatan dan
utamanya kebugaran, karena dalam berbagai gerak yang ditampilkan dalam olahraga
kerap pesapean ini memiliki unsur biomotorik yang sangat lengkap.
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini memiliki keunikan dan ciri khas yang sangat
kental dan dapat dilihat dari penampilan pakaian yang mereka pergunakan,
berbeda dengan penampilan peserta lainnya.
3. Memiliki
Nilai Seni Gerak
Olahraga
tradisional “Kerap Pesapean” ini memiliki gerak yang sangat tinggi, karena dari
masing-masing gerak memiliki makna dan keserasian tampilan gerak yang cukup
tinggi. Kostum yang dipakai juga memiliki ciri khas masyarakat Madura. Didukung
pemusik sebagai pengiring yang memiliki ciri khas Kabupaten Bangkalan Madura,
khususnya pada alat musik Jedor dan Saronen. Memiliki unsur keindahan yang
sangat tinggi dan menimbulkan kegembiraan bagi yang melaksanakan permainan ini.
Olahraga tradisional Kerap Pesapean ini juga
memenuhi standar penilaian ketentuan khusus yang teridiri dari penguasaan
lapangan. Penguasaan terlihat dari batasan garis permainan, pada permainan ini
hampir setiap sudut dan ruang dipergunakan secara baik. Sedangkan persyaratan
narasi juga sudah terpenuhi, karena beberapa bulan sebelum pelaksanaan
festival, Jawa Timur telah mengirimkan narasi sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki oleh panitia, dan ketika pelaksanaan narasi yang dibacakan sangat
baik dan bertepatan dengan momen gerak yang sedang dilakukan. Olahraga
tradisional Kerap Pesapean ini memiliki durasi selama 15 menit sesuai dengan
anjuran persyaratan antara 10 - 15 menit, dan jumlah pesertapun tidak melebihi
sebagaimana persyaratan, yaitu sebanyak 15 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar