Selasa, 29 Maret 2016

Komunitas Penggerak Olahraga Rakyat Asli Budaya Anak Indonesia

Penulis :
Drs. Chairul Umum (Sekretaris Jenderal KOTI Pusat)

Bukan anak-anak namanya kalau tidak suka bermain. Ada saja tingkahnya yang sering buat kita gemes melihatnya. Anak dahulu dengan sekarang sama saja tak ada bedanya, tetap juga anak-anak. Yang membedakan adalah zamannya. Komunitas Olahraga Tradsional Indonesia (KOTI) setiap tahunya menyelenggarakan pesta dolanan anak. Kegiatan yang terinspirasi dari peringatan Hai Anak Internasional. Dimaknai sebagai kepedulian bangsa Indonesia terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dolanan anak bukan hanya sekedar kumpul dan bermain. Sejatinya, setiap permainan tradisional yang dimainkan mengajarkan banyak perihal kehidupan. Dolanan seperti cublak cublak suweng, congklak, gobak sodor, bakiak, dan bermacam-macam permainan lainnya mengajarkan tentang sportifitas, mengatur strategi dan taktik, keimanan, kepribadian, kecerdasan, keterampilan, olahraga, olahrasa, olah pikir.

Kegiatan yang akan berkumpulnya anak-anak untuk bermain permainan tradisional ini akan diisi berbagai zona. Ada zona edukasi, pameran, hingga pasar alat permainan tradisional. Sangkin banyaknya permainan olahraga tradisional asli Bangsa Indonesia pada acara ini KOTI menggandeng Sobat Budaya, komunitas yang sedang berupaya melestaikan budaya tradisional Indonesia dengan GERAKAN SEJUTA DATA BUDAYA (GSDB) untuk mengembangkan perpustakaan Digital Budaya Indonesia, sebagai tujuan utama Sobat Budaya menjaga keaslian budaya Indonesia.

Pesta dolanan anak pada puncak akan diadakan di GOR Ciracas Jakarta Timur tanggal 22 - 24 Juli 2016 untuk level nasional. Pre Event Pesta Dolanan Anak akan dimulai di Grand Mall Bekasi tanggal 24 April 2016. Menurut Sekretaris Jenderal Choirul Umamm agenda ini akan dilaksanakan ntensif roadshow dari Mall ke Mall hingga acara puncaknya di GOR Ciracas Jakarta Timur. Walaupun berlokasi di Mall, Pesta Dolanan Anak tetap tidak meninggalkan arnanya. Pola Kampoeng (kampung) tetap melekat dengan permainan tradisional anak-anak Indonesia. Kampoeng Dolanan Anak ini merupakan ini salah satu destinasi wisata buatan, dimana adanya pertukaran informasi mengenai permainan tradisional dan budaya, agar tidak hilangnya kearifan lokal bangsa kita pada generasi masa kini. Berdasarkan pengamatan Sporto, Dolanan Anak pada tahun yang lalu yang diselenggarakan di Mall Kramat Jati Jakarta Timur bersebelahan dengan Timezona yang serba mesin. Sebuah paradoks, namun nyata. Masih Umam menjelaskan, permainan tradisional anak Indonesia memiliki filosofi tersendiri. "Hom Pim Pah Alaiyum Gambreng" bermakna melatih sikap bermusyawarah yang tinggi untuk menerima kesepakatan. Perainan Bentengan, Bakiak atau Terompah Panjang adalah permainan yang tanpa disadari mengajarkan si Anak dalam konteks team work.

KOTI berharap kegiatan tahunan ini berjalan sukses dan diprediksi akan dihadiri anak pelajar Bekasi dan Jakarta sebanyak 1000 anak. Sponsorship juga menurut KOTI masih dibuka lebar untuk menyukseskan acara yang penuh makna ini. Dalam hal lain, Olahraga Tradisional juga akan dipentaskan pada ajang Olahraga Rekreasi Tingkat Dunia TAFISA Games 2016 dimana Indonesia akan menjadi Tuan Rumah dari target 110 Negara peserta yang akan meramaikan.

KOTI Pusat Melantik Kepengurusan KOTI Provinsi Jawa Barat

Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) Pusat melantik dan mengukuhkan kepengurusan KOTI Provinsi Jawa Timur kemarin malam bersamaan dengan pelaksanaan Acara Pembukaan Sosialisasi Olahraga Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Maret 2016 di Isola Resort Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pada pelaksanaan kegiatan Pelantikan dan Pengukuhan KOTI Provinsi Jawa Barat tersebut dihadiri Assisten Deputi Pengembangan Olahraga  Tradisional dan Layanan Khusus Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, dr. Bayu Rahardja, .Kj bersama Kepala Bidang Olahraga Tradisional Kemenpora RI, Drs. Arman. Sedangkan dari KOTI Pusat, hadir secara langsung Ketua Umum KOTI Pusat, Drs. Suherman berserta Sekretaris Jenderal KOTI Pusat, Drs. Chairul Umam. Sebelum dimulainya acara Sosialisasi Olahraga Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, terlebih dahulu dilakukan proses pelantikan dan pengukuhan Pengurus Provinsi KOTI Jawa Barat periode Tahun 2016 - 2021.

Dengan telah dilantik dan dikukuhkannya Pengurus Provinsi KOTI Jawa Barat periode Tahun 2016 - 20121 ini, maka jumlah keanggotaan KOTI Pusat saat ini semakin bertambah yaitu Pengprov. KOTI Provinsi Papua pada Tahun 2015, disusul Pengprov. KOTI DKI Jakarta yang dilantik dan dikukuhkan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2016 di GOR Ceracas Jakarta Timur, dan yang ketiga adalah Pengprov. KOTI Jawa Barat yang dilantik dan dikukuhkan pada tanggal 28 Maret 2016. Disusul kemudian dalam waktu dekat yaitu Pengorv. KOTI Jawa Timur, Pengprov. KOTI Jawa Tengah, dan Pengprov. KOTI DI Yogyakarta.

Usai berlangsungnya proses pelantikan dan pengukuhan Pengprov. KOTI Jawa Timur, dilanjutkan acara pembukaan Sosialisasi Olahraga Tradisional Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2018. Kegiatan Sosialisasi Olahraga TRadisional ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda (DISORDA) Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Yudha Munajat Saputra, M. Ed.. Peserta pada kegiatan ini diikuti dari 33 Kabupaten/Kota dari unsr Guru Penjaskesor, SKPD, dan FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Kabupaten/Kota se Jawa Barat. Tidak hanya Ketua Umum KOTI Pusat, Drs. Suherman yang memberikan materi olahraga tradisional, tetapi juga Sekretaris Jenderal KOTI usat, Drs. Chairul Umam juga memberikan paparan tentang Kebijakan Pengembangan KOTI kepada seluruh peserta.

Pada pelaksanaan hari kedua kegiatan Sosialisasi Olahraga Tradisional se Jawa Barat Tahun 2016, tepatnya tanggal 30 Maret 2016, Ketua Umum FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Pusat Bapak Hayono Isman berkunjungan dan ikut menyaksikan pelaksanaan praktek permainan olahraga tradisional SUMPITAN. Beliau sangat respon atas penyelenggaraan kegiatan sosialisasi olahraga tradisional ini oleh Dinas Olahraga dan Pemuda (DISORDA) Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) Provinsi Jawa Barat yang baru dilantik dan dikukuhkan satu hari sebelumnya, yaitu tanggal 28 Maret 2016. Pada kegiatan Sosialisasi Olahraga Tradisional ini tidak hanya SUMPITAN yang diperkenalkan kepada seluruh peserta, tetapi beberapa jenis olahraga tradisional lainnyapun di sampaikan secara teori maupun praktek pelaksanaanya, yaitu HADANG, DAGONGAN, EGRANG, dan TEROMPAH PANJANG,







SELAMAT & SUKSES
PENGPROV. KOTI JAWA BARAT

Senin, 21 Maret 2016

KOTI Pusat Menggelar Focus Group Discussion (FGD) di CERACAS Jakarta Timur

Penulis :
Choirul Umam Sekretaris Jenderal KOTI
(kami cuplik dari kiriman WA Bp. Chairul Umam)

Jakarta Timur, 19 Maret 2016
Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) mengadakan Focus Group Discussion tentang Pola Pengembangan Olahraga Tradisional di Indonesia. Diharapkan dari FGD ini dapat menghasilkan rumusan dan langkah strategis dalam rangka mengangkat harkat dan martabat olahraga tradisional. Dimulai acara ini, pemberian sambutan yang disampaikan oleh Ketua Umum KOTI, Bapak Suherman, S,Sos. Disampaikan bahwa hadirnya peserta FGD menjadi wujud rasa cinta kita terhadap Olahraga Tradisional. Dilengkapi dengan penyampaian prolog dari Sekretaris Jenderal Choirul Umam, yang menyatakan bahwa "Olahraga Tradisional adalah merupakan kearifan lokal disetiap daerah yang harus dijaga dan dilestarikan", atas dasar cinta dan kesadaran pengurus KOTI Pusat sepakat untuk mengangkat isu Nasional yang dimana akan menjadi fokus dalam satu sampai dua tahun kedepan.
Ketua Umum KOTI Suherman, S,Sos menggunakan
baju abu abu Seragam KOTI, disebelah kanan Kepala Bidang Olahraga
Tradisional Kemenpora RI, Bp. Arman menggunakan
kemeja Abu abu gelap (tengah)
Focus Group Discussion yang dihadiri oleh Ketua Umum KOTI Pusat, Suherman, S,Sos, Kepala Bidang Olahraga Tradisional Kemenpora RI, Bapak Arman, perwakilan KOTI Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta berlangsung sangat seru dan menarik. Menariknya diskusi kali ini dikarernakan masing-masing berbagi kegiatan yang telah dilakukan oleh setiap provinsi. Provinsi Jawa Timur yang diwakili oleh Biasworo Adisuyanto Aka selaku KOTI Jawa Timur menyampaikan bahwa Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya punya banyak pengalaman yang bisa di shere kan dalam FGD tersebut. Kompetisi dan beberapa kegiata pelatihan yang sering dilaksanakan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya menjadikan konsep pembangunan olahraga tradisional di Kota Surabaya berjalan sangat baik. Bahkan kegiatan lomba-lomba yang dilaksanakan di Kota Surabaya, diawali pelaksanaannya dari tingkat Kecamatan-kecamatan dan berakhir pada pelaksanaan tingkat Kota Grand Finalnya. Konsep yang dibangun oleh Dispora Kota Surabaya ini melahirkan kerjasama sponsorship yang sangat luar biasa. Secara otomatis, kegiatan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat kota bahkan Jawa Timur ini melahirkan semangat bagi seluruh masyarakat untuk ikut melestarikan olahraga tradisional ini secara baik. Olerh sebab itu, apabila KOTI Pusat berkenan melahirkan bentuk kegiatan sebagai ikon nasional dalam bentuk "Pekan Olahraga Tradisional Tingkat Nasional (POTNAS) dapat dilaksanakan secara baik, maka seluruh komponen bangsa akan terfokus pada pengembangan olahraga tradisional ini secara serempak.

Berbeda dengan Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat pun punya sisi pengalaman yang sangat luar biasa dalam pembinaan, pengembangan, dan pelestarian olahraga teradisional di Jawa Barat, yaitu telah berhasil melakukan pengembangan akat sumpitan menjadi lebih bernilai ekonomis dan mudah digunakan. "di Jawa Barat khususnya Kota Bandung untuk olahtraga tradisionasl di gunakan sebagai sarana meningkatkan partisipasi masyarakat" begitu kata Pak Asep dari perwakilan KOTI Jawa Barat.
Kekuatan luar biasa akan dihimpun oleh 4 (empat) provinsi yang hadir pada pelaksanaan FGD pagi tadi. Empat cabang olahraga tradisional yang selama ini selalu diperlombakan akan dikaji dan dikembangkan agar kedepannya bisa menjadi salah satu cabang olahraga prestasi, yaitu untuk jenis HADANG. Masing-masing daerah akan berusaha untuk membuat perlombaan yang berjenjang dari tingkat Kecamatan hingga provinsi, yang selanjutnya pada tahun 2017 nanti InsyaAllah tepatnya dibulan Mei 2017, Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) akan membuat sebuah pesta olahraga tradisonal berskala nasional sebagai bentuk hasil kesepekatan bersama dalam FGD KOTI 2016 di GOR CERAS Jakarta Timur pagi tadi dan event tersebut diberi nama "Pekan Olahraga Tradisional Nasional, atau disingkat dengan nama "POTNAS".




Dispora Kota Surabaya Menggelar Invitasi Olahraga Tradisional Tahun 2016

Penulis :
Biasworo Adisuyanto Aka

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 s.d. 6 Maret 2016, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya telah sukses menggelar "Invitasi Olahraga Tradisional se Surabaya 2016". Tidak hanya untuk kalangan pelajar, tetapi masyarakat umumpun diperkenankan mengikuti kegiatan ini. Adapun jenis permainan olahraga tradisional yang diperlombakan pada saat itu adalah Bentengan kategori Umum putra dan putri, HADANG Sekolah Dasar dan SMA putra dan putri, Terompah Panjang, Egrang, Dagongan, Tarik Tambang, dan Sumpitan. Kegiatan ini dibuka secara langsung oleh Bapak Asisten IV Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 3 Maret 2016 tepat pukul 07.00 Wib di Gelora 10 Nopember Tambaksari - Surabaya.

DISPORA Kota Surabaya Akan Menggelar Benteng Bentengan

Penulis :
Biasworo Adisuyanto Aka

Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya dalam waktu dekat akan menyelenggarakan "Lomba Olahraga Tradisional Benteng Bentengan se Surabaya", yang rencanannya akan digelar pada pertengahan bulan Mei 2016 mendatang di Lapangan Sepak Bola Stadion Gelora Sepuluh Nopember, Jl. Tambaksari - Surabaya. "Target peserta pada kegiatan benteng bentengan ini adalah sebanyak 1000 atlet pelajar Sekolah Dasar, dan target 500 siswa pelajar SMA se Surabaya" ungkap Bunda Indah sapaan akrab Ibu Indah Kepala Seksi Olahraga Tradisional Dispora Kota Surabaya.  "Permainan bentengan ini sudah hampir punah di Kota Surabaya" tambah beliau pada saat kami temui diruang kerjanya beberapa hari yang lalu. Beliau berkeinginan mengembalikan permainan ini untuk digemari kembali tidak hanya untuk kalangan anak-anak, tetapi juga berharap disukai dikalangan remaja pelajar SMA. "Pada saat saya kecil dulu, permainan bentengan ini sering dimainkan pada waktu senggang, yaitu sore hari selepas pulang sekolah" tambahnya sambil mengenang masa lalunya.
Sebenarnya, upaya permainan "Bentengan" ini sudah beliau sosialisasikan sejak tahun 2015, awalnya diperkenalkan lebih dahulu kepada anak-anak SMP di Surabaya. Melalui pelatihan wasit/juri olahraga tradisional bentengan kepada guru-guru Penjaskes SMP. Permainan ini disambut secara baik. Bahkan ketika diadakan lomba benteng-bentengan pada tahun 2015 yang lalu, juga sangat sukses dan peserta mencapai 1500 siswa-siswi pelajar SMP se Surabaya.
Mengenai sejarah perkembagan permainan “BENTENG” ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek permain ini sudah dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat. Menurut  data-data yang diperoleh bahwa permainan yang hampir sama dengan permainan ini ada juga di daerah lainnya seperti di :
1.     Provinsi Lampung nama permainannya, main benteng, Gamit Tikam;
2.     Provinsi Jambi namanya merebut Benteng;
3.     Provinsi Kalimantan Tengah namanya Tawanan;
4.     Provinsi NTT namanya Hakdiuk Lise;
5.     Provinsi Bengkulu namanya sekejar;
6.     Daerah Khusus Ibukota Jakarta namanya benteng.
7.     Provinsi Jawa Timur, namanya : Benteng, Chu, dan Cu - Cu

Mendengar istilah ‘’BENTENG’’ timbul dalam pikiran kita suatu bangunan tembok yang kokoh, kuat, dikelilingi parit-parit didalamnya terdapat sejumlah pasukan dengan segala peralatan perang. Pada setiap sudut benteng terlihat prajurit yang sedang bertugas jaga sedang berjalan hilir mudik dengan senjata dipundaknya berpakaian unik yang setiap saatnya melemparkan pandangannya dengan penuh curiga. Permainan ini disebut ‘’BENTENG’’ karena masing-masing regu pada hakekatnya berusaha saling menyerang dan mempertahankan bentengnya; juga berusaha menghindarkan diri dari tangkapan/sentuhan musuhnya agar tidak tertawan. Pada umumnya semua bentuk permainan benteng di berbagai daerah itu mempunyai persamaan.

Semoga pada pelaksanaan "Lomba Olahraga Tradisional Benteng Bentengan Kategori SD dan SMA se Surabaya ini akan berhasil dengan baik dan minat pesertanya pun mudah-mudah melampaui target yang diinginkan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya.

Amin YRA... SUKSES Selalu